Setiap seniman memiliki impian untuk hidup dari karya mereka, namun tidak semua memiliki dedikasi yang tinggi untuk mewujudkannya. Namun, cerita Arian Arifin, atau yang lebih dikenal sebagai Arian 13, pentolan dari band metal Seringai, membuktikan bahwa hidup dari musik bukanlah sekadar impian kosong.
Sejak sekolah, Arian sudah menunjukkan minatnya dalam dunia musik. Ketertarikannya semakin mendalam ketika dia memulai studi di Fakultas Seni Rupa ITB dan membentuk band bernama Puppen.
Karirnya bersama Puppen membawanya lebih dalam ke dalam skena musik Bandung. Kegemarannya dalam menggambar juga membuatnya sering kali terlibat dalam proses visualisasi untuk cover lagu dan album bandnya.
Arian mengungkapkan bahwa salah satu dorongan utamanya untuk serius dalam bermusik datang dari band Sepultura. "Saya memainkan band karena saya suka, tanpa punya niat untuk menjadi besar. Namun, Sepultura memberikan dorongan kepada saya untuk serius dalam bermusik," ujar Arian.
Perjalanan musik Arian dengan Puppen dimulai pada tahun 1992 dan berakhir pada tahun 2002. Namun, keinginan Arian untuk terus berkarya tidak padam. Setelah Puppen bubar, Arian pindah ke Jakarta dan membentuk band baru yang kita kenal sebagai Seringai.
"Walaupun Puppen bubar setelah sepuluh tahun, saya masih ingin bermusik. Itulah mengapa saya membentuk band baru, Seringai, yang sudah berusia lebih dari 20 tahun sekarang," tambahnya.
Seringai, dengan Arian sebagai vokalis, Ricky Sihaan sebagai gitaris, Edhy Kemod sebagai drummer, dan Toan Sirait sebagai bassis, mempertahankan aliran musik yang serupa dengan Puppen. Namun, Toan kemudian mundur dari band dan digantikan oleh Sammy Bramantyo.
Sebelum Seringai terbentuk, Arian dan Ricky sempat membentuk band bernama Derai. Namun, band itu tidak bertahan lama. Meskipun begitu, semangat Arian dalam bermusik tidak pernah pudar.
"Waktu itu saya bekerja di radio, kemudian di majalah Playboy. Semua pekerjaan saya fleksibel. Yang penting, saya harus bekerja di tempat yang masih memungkinkan saya untuk terus bermusik," ungkap Arian.
Konsistensinya bersama Seringai membawa mereka tampil di panggung-panggung besar di Indonesia dan bahkan melakukan tur konser di Jepang. Tur tersebut membawa mereka ke Tokyo dan Yokohama selama lima hari.
Arian menjelaskan bahwa untuk hidup dari musik, seorang musisi atau band harus memiliki konsistensi dan target yang jelas. "Misalnya, ketika merilis lagu, Anda harus memiliki target untuk memperluas basis pendengar. Atau ketika karya Anda sudah bagus, Anda bisa bekerja sama dengan merek untuk menjaga kelangsungan hidup band Anda," jelasnya.
Pengalaman bertahun-tahun dalam dunia musik membuktikan bahwa proses tidak pernah mengkhianati hasil. Rekam jejaknya dalam dunia musik telah memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk mengejar impian mereka.
Kesenangan Arian dalam bermusik, yang awalnya tidak diniatkan untuk hidup dari musik, kini telah menjadi kenyataan dan memotivasi banyak orang untuk mengejar impian mereka dalam industri yang begitu dinamis ini.